
Kutai Kartanegara – Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kutai Kartanegara (Kukar) tengah mengembangkan pendekatan baru dalam pengelolaan sampah dengan menekankan aspek ekonominya. Sampah tak lagi dipandang sebagai limbah semata, melainkan sebagai sumber daya yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Kepala DLHK Kukar, Slamet Hardiraharjo, menjelaskan bahwa paradigma pengolahan sampah kini bergeser ke arah ekonomi sirkular.
“Pengolahan sampah tidak hanya berfokus pada penanggulangan limbah, tetapi juga pada pengambilan nilai ekonomis dari sampah rumah tangga hingga skala kawasan,” jelas Slamet.
Salah satu contoh konkret penerapan konsep ini dapat dilihat di Kecamatan Tenggarong Seberang. Di wilayah tersebut, sampah yang dikumpulkan dari bank sampah dipilah dan diolah menjadi produk bernilai jual seperti batako dan paving block.
Hasilnya, masyarakat tidak hanya berperan sebagai penghasil sampah, tetapi juga turut memperoleh manfaat ekonomi dari proses daur ulang.
“Jadi sampah yang sudah dipilah tidak langsung dibuang, melainkan diproses menjadi bahan yang bernilai jual. Ini sudah dilakukan di Tenggarong Seberang dan mulai dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” ujarnya.
Inovasi lain tengah dikembangkan di Loa Kulu melalui riset konversi sampah organik menjadi bahan bakar minyak. Teknologi ini menggunakan metode insulin untuk mengolah limbah menjadi bahan menyerupai solar.
“Ini masih dalam tahap uji coba, ini menjadi bukti bahwa inovasi lokal bisa menjawab tantangan pengelolaan limbah,” tambahnya.
Ia optimistis, partisipasi masyarakat yang kian meningkat dalam proses daur ulang akan memperkuat semangat ekonomi sirkular di Kukar. Selain berdampak pada lingkungan, pendekatan ini juga membuka peluang usaha baru di tingkat lokal.
“Sampah bisa jadi sumber daya. Ini awal dari potensi ekonomi baru yang berkelanjutan jika dikelola dengan inovatif dan partisipatif,” pungkasnya. (Nis/AD KOMINFO KUKAR)